Filosofi Nasi Kuning: Ini Makna Penting di Setiap Bagiannya!

4 min read

filosofi nasi kuning

Seperti apa filosofi nasi kuning?

Nasi kuning adalah sajian penting yang wajib ada ketika seseorang mengadakan hajatan atau syukuran. Tak jarang juga nasi kuning menjadi makanan yang biasa dijual sebagai makanan sehari-hari tanpa ada acara tertentu.

Jadi apa sih filosofi nasi kuning sampai menjadi sajian wajib ketika ada syukuran?

Mari simak bersama!

Apa Itu Nasi Kuning?

Nasi kuning merupakan nasi berwarna kuning khas Indonesia yang biasanya disajikan berbentuk tumpeng atau nasi bungkus. 

Masyarakat Indonesia khususnya daerah Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Banjar, dan Manado sudah sejak lama mengenal nasi kuning dan menggunakannya saat ada hajatan atau syukuran.

Nasi ini terbuat dari beras putih yang dimasak bersama santan, kunyit, dan berbagai rempah-rempah lainnya. Nasi kuning rasanya lebih nikmat daripada nasi putih biasa karena campuran rempahnya yang menyatu memberikan cita rasa nikmat di lidah orang Indonesia.

Saat dijual, harga per porsinya pun beragam. Satu kotak nasi kuning harganya sekitar kurang lebih Rp15.000-Rp30.000. Sedangkan untuk nasi tumpeng kuning harganya kurang lebih Rp50.000 untuk yang mini, sampai dengan Rp300.000 untuk yang sedang. Harga nasi tumpeng bisa berubah sesuai ukuran dan isi makanannya. 

Sejarah Nasi Kuning

Nasi kuning sudah terkenal pada masyarakat Suku Jawa sejak zaman kerajaan Hindu. Pada waktu itu, masyarakat agama Hindu menyajikan nasi kuning saat perayaan hari-hari besar sebagai tanda rasa syukur dan terima kasih serta meminta perlindungan dari segala bahaya kepada para dewa.

Umat Islam sendiri juga menggunakan nasi kuning pada setiap acara syukuran sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kebahagiaan dan keberkahan yang sudah Tuhan berikan.

Tradisi ini masih eksis hingga saat ini dan masih banyak orang yang melakukannya. Selain karena tradisi turun temurun, cara ini juga mempunyai filosofi nasi kuning yang mendalam. Apa itu filosofinya?

Filosofi Tumpeng Nasi Kuning Indonesia

Nasi kuning adalah hidangan yang tidak hanya sekedar hidangan. Banyak makna yang tersirat dalam setiap sajian nasi kuning dalam setiap acara. Berikut makna dalam sajian menu ini:

Baca Juga:  Ragam Makanan Olahan dari Sagu yang Tidak Boleh Dilewatkan

1. Makna Mendalam dari Warna Kuning

Warna kuning pada menu ini berasal dari rempah kunyit yang mempunyai makna yang tidak sembarangan dan sangat menarik. Orang Jawa menyebut warna kuning sebagai sebuah doa dan harapan yang sangat dalam dan luhur.

Warna tersebut juga mengandung makna kemakmuran dan kekayaan sebab warna itu serupa kepingan emas atau padi yang akan panen. Keduanya adalah simbol kekayaan, kemakmuran, dan kesejahteraan yang harus masyarakat syukuri. 

Selain itu, warna ini melambangkan kemuliaan, keluhuran, kebesaran, dan kesetiaan. Warna ini biasanya terdapat pada keraton seperti keraton Yogyakarta yang mana benda pusakanya kebanyakan berwarna kuning keemasan. 

Selain itu, Suku Melayu memaknai warna ini sebagai sesuatu yang mengandung simbol kesucian. Karena itulah pada masa kerajaan Melayu kuno dulu, hanya keluarga kerajaan atau orang-orang kalangan istana saja yang boleh memakainya.

Berbeda dengan masyarakat Jawa dan Suku Melayu, orang Bali memaknai warna tersebut sebagai perwujudan Sang Dewa yang sangat sakral dan agung. Mereka menyajikan menu ini dengan empat warna berbeda, yakni merah, putih, hitam dan kuning yang berbentuk seperti gunung atau kerucut sama seperti tumpengan.

Warna-warna tersebut adalah warna keramat yang merupakan simbol dewa-dewa. Misalnya saja nasi berwarna putih melambangkan Dewa Iswara yang berarti kebahagiaan, rezeki, keselamatan, dan kesehatan.

Sedangkan warna hitam sebagai lambang Dewa Wisnu yang berarti simbol kesialan, penyakit, kesedihan, kedukaan, dan hal-hal negatif lainnya. 

Mereka menggunakan nasi ini saat ada perayaan hari besar kuningan atau hari raya Tilem (hari besar masyarakat umat Hindu Bali) dengan membentuknya seperti manusia.

2. Melambangkan Sebuah Gunung

Nasi kuning seringkali berbentuk seperti gunung yang menjulang tinggi. Bentuk tersebut mempunyai filosofi tumpeng nasi kuning tersendiri.

Nah, seperti yang kamu ketahui bahwa nasi kuning sudah terkenal sejak zaman kerajaan Hindu. Pada masa itu banyak masyarakat yang percaya bahwa gunung adalah tempat sakral parahyangan yang menjadi lokasi tinggalnya para Sang Hyang dan para dewa dewi.

Mereka membuat hidangan ini dengan warna kuning dan bentuk kerucut karena untuk mengucap syukur terima kasih dan memohon keselamatan kepada para dewa dan dewi. 

Orang Jawa sendiri membentuk makanan ini menjadi seperti gunung juga karena banyak yang memuliakan gunung. Maka dengan bentuk tersebut harapannya banyak kemuliaan yang datang. 

Baca Juga:  Ketahui Ciri-Ciri Tahu Berformalin dan Bahayanya Bagi Kesehatan

Kerucut yang menjulang ke atas juga sebagai simbol komunikasi sakral. Dalam acara pernikahan, tumpeng tidak hanya melambangkan eratnya komunikasi dengan pasangan, namun juga melambangkan kuatnya komunikasi dengan Tuhan. 

Tuhan Yang Maha Pengasih telah memberikan kebahagiaan dan kenikmatan, karena itulah sebagai pemilik acara perlu sesuatu yang melambangkan eratnya hubungan dengan Sang Pencipta.

Pasangan yang baru menikah juga memerlukan ikatan komunikasi yang kuat satu sama lain agar pernikahannya langgeng. Nah, menu ini sangat cocok untuk menjadi hidangan saat acara tersebut. 

Harapannya komunikasi yang terjalin selalu lancar dan berjalan baik serta segala harap dan doa bisa terkabul.

3. Makna Bentuk Kerucut 

Kerucut adalah simbol pengharapan untuk mendapat hal-hal baik. Orang Jawa memaknai tumpeng sebagai “tumapaking panguripan-tumindak lempeng-tumuju pangeran” yang artinya hidup yang tertata dan berjalan lurus ke arah Tuhan.

Ada juga masyarakat yang memaknai tumpeng sebagai “yen metu kudu mempeng” yang artinya kalau mau keluar haruslah semangat. Kata “metu” itu maksudnya adalah keluar dari rahim Ibu, namun bisa juga bermakna keluar rumah untuk mencari rezeki. 

Jadi, hidangan tumpeng pada setiap hajat merupakan tanda rasa syukur atas nikmat dan karunia yang telah Tuhan berikan kepada manusia terlebih kepada orang yang mempunyai hajat.

4. Filosofi Lauk Pauk dalam Tumpeng

Selain bentuk dan warna nasinya, lauk pauk yang ada dalam tumpeng juga mempunyai filosofi nasi kuning tersendiri. 

Lauk pauk yang ada dalam tumpeng biasanya ada telur rebus, sayur urap, tempe orek atau tempe kering campur kacang, ayam bakar atau goreng yang melambangkan kepatuhan kepada Tuhan, hingga sambal ati ampela.

Lauk lainnya kering kentang tabur kacang, perkedel kentang, serta tumis bihun goreng bersama kol, kecap, dan aneka bahan yang lainnya.

Ada juga telur bumbu bali, telur dadar bentuk panjang, sate lilit daging sapi, dan tauge ikan asin. Selanjutnya ada empal daging yang cara membuatnya dengan menggepuk daging sapi yang sudah matang dan empuk, rendang, dan lain sebagainya.

Filosofinya misalnya saja telur rebus utuh yang sudah kupasan mempunyai arti etos kerja dan kamu perlu membuat perencanaan matang atas perilaku yang akan kamu lakukan. Serta pekerjaan harus kamu kerjakan dengan teliti sampai selesai.

Baca Juga:  7 Ide dan Tips Bisnis Kuliner Ramadan Sukses Meraup Keuntungan

Sayur yang tersedia pun juga mengandung makna berbeda, urap-urap bermakna “urip iku urup” yang artinya dalam hidup itu sesama manusia harus saling menerangi satu sama lain. 

Urap-urap terbuat dari campuran berbagai sayuran seperti kacang panjang, tauge, dan sayuran lain. Kacang panjang merupakan simbol dari pemikiran panjang ke depan dalam melakukan sesuatu, sementara tauge bermakna proses kehidupan yang terus bertumbuh. 

Cabai merah yang terdapat dalam tumpeng sebagai hiasan juga memiliki makna memberi penerangan dan bermanfaat untuk banyak orang. Ikan teri melambangkan kebersamaan dan kerukunan antar sesama manusia.

Acara Apa Saja yang Menggunakan Nasi Kuning?

Kamu bisa menghidangkan nasi kuning saat ada perayaan besar seperti syukuran hari kelahiran, pertunangan, sunatan, lamaran, pernikahan, upacara adat, ataupun perayaan hari kelahiran Negara Republik Indonesia (NKRI). 

Filosofi nasi kuning yang mendalam tersebut jika kamu hadirkan dalam perayaan-perayaan hari bahagia, maka bisa membawa kebahagiaan dan keberkahan dalam hidup.

Kamu bisa menyajikannya dengan model nasi kotak, bungkusan, ataupun tumpeng untuk porsi banyak orang. Namun, jika kamu tidak ada acara apapun dan hanya ingin mencicipi menu ini saja, kamu bisa banyak menemukan penjual nasi kuning di pinggir jalan. 

Sudah Tahu Tentang Filosofi Nasi Kuning?

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan beragam tradisi dan kepercayaan.  Setiap perayaan atau ritual mempunyai makna tersendiri termasuk sajian hidangan yang sudah disediakan. 

Nasi kuning adalah salah satu makanan yang kaya akan filosofi dan perlu masyarakat Indonesia lestarikan. Dengan menyajikan menu ini pada setiap perayaan, maka tidak hanya sebagai bentuk rasa syukur, tapi kamu juga turut melestarikan budaya dan tradisi Indonesia. 


Temukan inspirasi lainnya seputar makanan Indonesia, makanan Asia dan sebagainya hanya di fnbpreneur.id

GRATIS, DAPATKAN ARTIKEL TERBAIK UNTUK WUJUDKAN BISNIS IMPIANMU.
DAFTAR SEKARANG!
Ingin tahu lebih lanjut, KoinWorks NEO mau kenalan sama kamu lebih dekat.