Kode Makanan yang Mengandung Babi, Seperti Apa?

4 min read

kode makanan yang mengandung babi

Masyarakat pernah digemparkan dengan informasi rilisan BPOM Indonesia terkait dengan kode makanan yang mengandung babi. Semua menjadi panik dan buru-buru memeriksa jika makanan yang sering dibeli mengandung kode tersebut. Namun, ternyata ada terjadi kesalahpahaman. 

Yuk, ikuti terus artikel berikut ini supaya lebih paham. 

Kode Apa Saja yang Mengindikasikan Kandungan Babi?

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia memberikan tanda berupa kode E atau E-numbers pada makanan yang mengandung babi. Informasi ini tentu bisa sampai ke telinga masyarakat dan mendorong mereka untuk memeriksa jika ada kode serupa di kemasan makanan yang sering mereka konsumsi. 

Pada akhirnya, kepanikan ini berhasil membuat produsen khawatir akan klaim kode tersebut.

Pasalnya, masyarakat berbagi informasi dan mengajak orang-orang terdekat untuk berhenti mengonsumsi produk tertentu karena mempunyai kode E saja. Padahal, tidak semua makanan bertanda kode E mengandung babi. Ternyata, ada kesalahpahaman disini. 

Kode E bukanlah penanda kandungan babi semata melainkan menunjukkan kandungan seperti pengawet, antioksidan, pewarna, pengatur keasaman, antibiotik, penstabil, pengental, penguat rasa, serta bahan-bahan kimia tambahan lainnya. 

Sebagai contoh, kamu bisa menemukan kode E100 pada kemasan vitamin. E100 ini adalah kode untuk senyawa kimia bernama kurkumin atau lebih dikenal dengan kunyit. 

Mengenal Kode E-numbers Makanan

Kamu mungkin ingin tahu apa saja sih kandungan yang ditunjukkan oleh kode berawalan huruf E. Berikut adalah informasi lengkap tentang kandungan setiap kode E-numbers.

E100-E270

Rentang E100-E270 terdiri dari:

  • E100 : kurkumin, ekstrak kunyit sebagai pewarna makanan.
  • E110 : sunset yellow, pewarna khusus untuk produk fermentasi.
  • E120 : Cochineal, pewarna merah alami yang berasal dari suatu serangga pada kondisi bunting (carminic acid)
  • E140 : klorofil, pewarna hijau alami yang berasal dari tanaman hijau seperti bayam dan rumput. Proses ekstraksinya adalah dengan bantuan pelarut etanol.
  • E141 : senyawa bernama copper complexes of chlorophylls and chlorophyllins yang kira-kira serupa dengan E140.
  • E153 : karbon hitam (carbon black) yang berasal dari tulang hewan atau tanaman. Ada kemungkinan tulang hewan yang digunakan di kode makanan ini adalah yang mengandung babi.
  • E210 : kalsium askorbat, senyawa yang berguna untuk melindungi sel tubuh dari kerusakan berbahaya.
  • E213 : potassium benzoate, merupakan zat pengawet yang biasanya dicampurkan di dalam makanan, produk kecantikan, dan perawatan kulit.
  • E214 : kalsium benzoat, berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang menghasilkan racun.
  • E216 : ethyl 4-hydroxybenzoate.
  • E234 : 2- (thyazol-4-yzl) benzimidazole.
  • E252 : sodium nitrat.
  • E270 : kalsium asetat (calcium acetate), adalah senyawa yang biasanya digunakan untuk membantu menurunkan kadar fosfat di dalam darah.
Baca Juga:  Rekomendasi Menu Masakan Sehari-hari Agar Tidak Bosan untuk Katering

E280-E491

Rentang E280-E491 terdiri dari:

  • E280 : asam propinoik (propionic acid).
  • E325 : sodium laktat (sodium lactate).
  • E326 : potasium laktat (sda).
  • E327 : calcium lactate (sda).
  • E337 : sodium potassium tartrate atau potasium sodium L- (+)-tartrate.
  • E422 : glycerol, bahan kimia yang berasal dari hasil produksi sabun. Asam lemak bisa dipertanyakan entah dari hewan, tanaman, atau propilen. Ada kemungkinan merupakan kode makanan yang mengandung lemak babi.
  • E430 : polioksietilen stearate.
  • E431 : polioksietilen (40) stearate. Sumber asamnya bisa dipertanyakan jika dari hewani atau tanaman.
  • E432 : polioksietilen (20) sorbitan monolaurate (hewani ataupun tanaman).
  • E433 : polioksietilen (20) sorbitan mono oleat.
  • E434 : polioksietilen (20) sorbitan monopalmitate.
  • E435 : polioksietilen (20) sorbitan monostearat.
  • E436 : polioksietilen (20) sorbitan tristearate.
  • E440 :  amidated pectin.
  • E542 : edible bone phosphate yang berasal dari tulang hewan yang kemungkinan adalah babi.
  • E470 : potassium, sodium, serta kalsium dari asam lemak.
  • E471 : mono dan digliserida.
  • E472 : acetylated mono dan digliserida.
  • E473 : sucrose esters of fatty acid.
  • E774 : sucroglyceride.
  • E477 : propilen glikol ester asam lemak.
  • E478 : lactilated fatty acid esters of glycerol and propane.
  • E481 : sodium stearoyl-2-lactylate.
  • E482 : calcium stearoyl-2-lactylate.
  • E483 : stearyl tartrate.
  • E491 : sorbitan monostearate.

E492-E904

Rentang E492-E904 terdiri dari:

  • E492 : sorbitan tristearate.
  • E493 : sorbitan monolaurate.
  • E494 : sorbitan mono-oleate
  • E495 : sorbitan monopalmitate.
  • E570 : stearic acid adalah asam lemak jenuh yang biasanya menjadi bahan untuk mengubah konsistensi makanan.
  • E572 : magnesium stearate, umumnya berguna sebagai pelicin di proses pembuatan kapsul obat.
  • E631 : sodium 5-inosinate yang berasal dari ekstrak daging hewan.
  • E635 : sodium 5-ribonukleotida yang bisa berasal dari babi tapi tergantung media fermentasinya.
  • E904 : shellac, hasil getah atau sekresi dari serangga betina yang berguna untuk pelapis kayu ataupun makanan.

Akan tetapi, memang ada beberapa kode yang bisa kamu hindari. Kode E471 sampai E476 adalah kode tanda penambahan protein hewani di dalam makanan. Namun, protein hewani bukanlah hanya berasal dari babi melainkan kambing, domba, sapi, serta telur juga. 

Baca Juga:  Cari Tahu Teknik Menggoreng yang Berguna untuk Bisnis Kuliner!

Dengan kata lain, kode-kode tertentu yang mengandung protein hewani belumlah mutlak berasal dari babi. Kamu tidak perlu khawatir dan langsung berhenti mengonsumsi makanan yang sering kamu makan. 

Jadi, bagaimanakah cara yang mana kode makanan yang mengandung babi dan mana yang tidak?

Cara Tahu Produk Makananmu Aman dari Kandungan Babi

Sebenarnya, kode dari BPOM Indonesia tadi tidak bertujuan untuk membedakan secara khusus kandungan babi dalam makanan dengan yang tidak. Kode E-numbers kemungkinan hanya bertujuan untuk menunjukkan kandungan apa saja yang ada di dalam produk makanan terkait. 

Dengan kata lain, menilai makanan dari kode E-numbers sangatlah tidak akurat. Lalu, bagaimanakah cara tahu suatu produk makanan aman dan halal untuk umat muslim? Solusinya adalah dengan memeriksa keberadaan label halal pada kemasan.

Untuk mendapatkan label halal ini, produsen harus melalui proses sertifikasi halal yang sangat ketat. Kewajiban ini tertulis pada Undang-Undang Indonesia tahun 2014 Pasal 4 Ayat 33. Akan tetapi, masih banyak perusahaan yang abai dengan peraturan ini. Oleh sebab itu, kamu bisa percaya dengan label halal ini. 

Sebagai contoh, kamu menemukan produk makanan yang terdapat salah satu kode dari E471 – E476. Kode terkait mengartikan bahwa makanan kemungkinan mempunyai kandungan asam atau apapun yang mengandung babi. Akan tetapi, kemungkinan ini tidak selalu akurat karena protein hewani bukanlah hanya dari babi.

Untuk memastikannya lebih lanjut, kamu bisa memeriksa apakah ada label halal pada kemasan atau tidak. Jika kamu menemukan tulisan label halal berwarna hijau, maka kandungan protein hewani pada makanan bukanlah berasal dari babi. 

Namun, label halal tersebut harus yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) sehingga dan aman dikonsumsi oleh umat yang beragama Islam.

Apa Sertifikasi Halal Akurat?

Awalnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjadi penanggung jawab atas pengeluaran sertifikasi halal. Akan tetapi, otoritas ini berpindah tangan ke Kementrian Agama Republik Indonesia. 

Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) adalah badan resmi yang menangani pengeluaran sertifikat halal. Nah, apakah sertifikasi halal tetap akurat walau pindah otoritas?

Jawabannya adalah tentu saja. Dibandingkan dengan menggunakan kode E-numbers, sertifikasi halal bisa lebih dipercaya dalam menentukan makanan yang mengandung lemak babi atau jenis kandungan dari babi lainnya. 

Baca Juga:  15 Makanan Khas Maluku yang Wajib Dicoba

Proses sertifikasi ini pun masih ketat dengan masih mengandalkan campur tangan penilaian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). 

Tahap pertama adalah pengumpulan dokumen penting termasuk daftar dan prosedur pengolahan bahan-bahan makanan. Setelah pengumpulan dokumen penting, BPJPH pun akan melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen sebelum menyerahkan pengujian ke Lembaga Pemeriksa Halal (LPH). 

Bukti pemeriksaan akan muncul kemudian dalam 15 hari. Setelah itu, MUI akan menerima hasil untuk selanjutnya maju ke tahap sidang. Di dalam persidangan, MUI-lah yang menetapkan jika produk adalah halal. Bila MUI menyatakan semua bahan halal, barulah pengusaha atau produsen bisa menerima sertifikasi halal. 

Percaya Label Halal, Bukan Kode!

Kode E-numbers tidak begitu akurat dalam menentukan dalam menilai suatu produk makanan yang mengandung babi. Apalagi, kamu juga akan memerlukan waktu banyak untuk mengingat nama kimia dari kandungan yang terdeskripsi dengan kode E-numbers tadi. 

Dan juga, seperti yang sudah artikel ini tegaskan bahwa kandungan protein hewani di dalam beberapa kode E-numbers tidak selalu mengandung babi.

Namun, tidak ada salahnya memeriksa jika ada kode yang menunjukkan kalau makanan yang kamu konsumsi mengandung protein hewani. Itu berarti kandungan makanan kamu mempunyai kemungkinan akan mengandung babi. 

Jika ini terjadi, kamu bisa melakukan pemeriksaan ganda dengan memeriksa keberadaan sertifikasi halal. 

Makanan yang mendapatkan sertifikasi halal adalah makanan yang bebas dari kandungan babi sepenuhnya.

MUI pun sudah memverifikasinya, jadi kamu bisa merasa aman. 

Yuk, Tetap Cek Informasi Produk pada Kemasan dengan Seksama!

Itulah penjelasan tentang kode makanan yang berkemungkinan mengandung komposisi babi.

Singkatnya, jika kamu ingin menghindari makanan non-halal, carilah logo halal MUI sebelum membeli produknya.


Temukan inspirasi lainnya seputar tips bisnis makanan, bisinis minuman hingga resep hanya di fnbpreneur.id

GRATIS, DAPATKAN ARTIKEL TERBAIK UNTUK WUJUDKAN BISNIS IMPIANMU.
DAFTAR SEKARANG!
Ingin tahu lebih lanjut, KoinWorks NEO mau kenalan sama kamu lebih dekat.